12 September, 2011

KPA: Jangan Asal Komentar

Ketua Partai Aceh, Muzakir Manaf (kiri)
bersama Zakaria Saman (tengah) dan 
mantan Wakil Presiden RI, Yusuf Kalla


BANDA ACEH - Petinggi Komite Peralihan Aceh (KPA), Zakaria Saman, memberikan klarifikasi terhadap insiden pemukulan Tgk Saiful Bahri bin Ahmad Abu (41), saat menyampaikan khotbah Jumat di Masjid Raya Keumala, Kampung Jijiem, Kecamatan Keumala, Pidie, Jumat (9/9).

Mantan menteri Pertahanan GAM yang mengaku melihat langsung peristiwa itu berharap semua pihak--terutama di luar Pidie--tidak asal komentar tanpa melalui proses cek dan ricek ke lapangan.

“Di Pidie ada juga ulama MPU (Majelis Permusyawaratan Ulama), MUNA (Majelis Ulama Nanggroe Aceh), dan para pimpinan pesantren yang bisa menyelesaikan persoalan ini dengan turun langsung ke lokasi kejadian,” kata Zakaria, saat Serambi menghubunginya dari Banda Aceh, Minggu (11/9).

Zakaria juga menyesalkan pemberitaan di beberapa media yang dianggapnya tidak berimbang karena wartawannya tidak turun langsung ke lokasi pascakejadian. “Seharusnya kalau ada yang menuding pelakunya orang KPA bisa dikonfirmasi ke saya, yang kebetulan ikut sebagai jemaah Jumat itu. Atau bisa juga ditanyakan langsung kepada warga Keumala yang ikut shalat pada hari itu,” ujarnya.

Menurut Zakaria Saman, insiden pemukulan terhadap Tgk Saiful Bahri itu berawal dari isi khotbahnya yang dianggap telah melenceng dari kaidah khotbah. Karena telah menjelek-jelekkan soal suku, partai politik, serta kelompok masyarakat. “Awalnya isi khotbah memang bagus. Tapi belakangan dia mulai menyebarkan kebencian serta berkampanye, bisa dibilang bukan lagi khotbah,” katanya.

Disebutkan, selain masalah etnis, di antara isi khotbah yang dinilai memancing emosi warga adalah pernyataan Tgk Saiful yang menjelek-jelekkan MoU Helsinki dan UUPA. “Bahkan dia bilang, pemerintah dulu lebih bagus dari pada yang sekarang. Orang kita kalau sudah punya partai, sudah bisa membunuh orang, juga bikin rumah besar-besar. Dia juga berkampanye. Itu kan bukan khatib lagi, dia tidak lagi berkhotbah,” ungkap Zakaria.

Masih menurut Zakaria Saman, kondisi itu membuat dirinya dan beberapa jemaah gusar. Hingga kemudian dia melihat salah seorang jemaah yakni Tgk Ilyas Abubakar (40) bangun dan meminta agar khatib turun dari mimbar. Namun permintaan ini tidak diindahkan, sehingga tiba-tiba beberapa jemaah bangkit dan menurunkan khatib dengan paksa.

“Kejadiannya sangat tiba-tiba, sehingga terjadi pemukulan. Sepengetahuan saya Tgk Ilyas tidak ikut memukul. Saya tidak tahu persis siapa-siapa yang ikut memukul, tapi mereka bukan anggota KPA. Tapi saya juga tidak tahu pasti jika ada anggota KPA yang terlibat dalam insiden itu,” ungkap Zakaria seraya mengatakan, saat kejadian dia ikut ke luar masjid bersama jemaah lainnya yang panik.

Belakangan, kata Zakaria Saman, dari keterangan warga diketahui sebelum kejadian itu, Tgk Saiful pernah juga memprovokasi warga setempat saat memberikan ceramah setelah shalat Isya pada 27 Ramadhan lalu.

Namun demikian, Zakarian Saman berharap semua pihak bisa menahan diri dan menyerahkan persoalan ini kepada pihak kepolisian dan ulama di Kabupaten Pidie. “Jangan mengeluarkan pernyataan tanpa melakukan kroscek ke lapangan. Karena bisa menyebarkan fitnah dan melahirkan konflik baru di Aceh,” demikian Zakaria Saman.

Sebelumnya, Tgk Saiful Bahri mengungkapkan kepada Serambi bahwa kejadian itu berawal saat ia sedang menyampaikan nasihat agama melalui mimbar Jumat. Dia khotbah di masjid itu atas undangan Abu Muhammad Amin, Pimpinan Pesantren Darul Qamariah Keude Keumala.

Isi nasihat dalam khotbah itu, menurut Tgk Saiful, antara lain, jika hukuman Allah tidak diberlakukan umat manusia di dunia, maka akan tetap berlaku di akhirat. Misalnya, hukum syar’i terhadap bunuh-membunuh yang saat ini tidak berlaku di hampir seluruh dunia, tapi pasti akan berlaku di akhirat kelak. Kecuali manusia tersebut mau tobat nasuha serta meminta maaf kepada pihak keluarga yang terbunuh dan keluarga tersebut memaafkannya. “Maka bagi pelaku akan dikenakan hukum kisas dengan membayar diat (denda) seratus ekor unta.”(Sumber: Serambi Indonesia)


0 komentar: