23 September, 2011

Tarian Ranub Lampuan di Foreningsdag Denmark

Oleh Tarmizi aGE

Ketua Dewan integrasi, Helle Bak Andreasen,
bersama anak Aceh pada Acara kultur
Foreningsdag, Kotamadya Jammerbugt, Denmark
DENMARK - Dewan Integrasi (IntegrationsrÄd) Kotamadya Jammerbugt, Sabtu (17/9) sukses mengadakan acara bertajuk; Kultur- og Foreningsdag (hari kultul dan persatuan).Tarian Ranup Lampuan ikut memeriahkan perhelatan tersebut.
Menurut Helle Bak Andreasen, Ketua  Dewan Integrasi ketika membuka acara mengatakan, ini adalah kali pertama acara semacam ini diadakan oleh Dewan Integrasi Kotamadya Jammerbugt. Acara ini bekerjasama dengan persatuan (asosiasi), perpustakaan, Departemen Kesehatan kota dan relawan lainnya

"Tujuannya adalah untuk menunjukkan fleksibilitas yang kita miliki dalam hubungan baik bagi warga negara kita yang telah lama tinggal di sini, dan bagi mereka warga yang baru datang ke Denmark, apakah mereka sebagai pendatang baru atau pengungsi dan migran", sebut Helle Bak Andreasen, menjelaskan.

Ketua Dewan Integrasi memberitau media, bahwa dalam acara ini pemerintah sudah mengatur sedemikian rupa, sehinga tidak ada masaalah dengan ekonomi, yang penting sekali adalah masyarakat masih merasa di perhatikan oleh pemerintah, sekaligus pemerintah harus menuhi kebutuhan rakyatnya.

Acara yang di mulai pada jam 10.00 – 14.00 siang yang bertempat di gedung olahraga dan Budaya – Brovst, menampilkan, beberapa tarian antaranya beberapa Tarian Aceh yang di persembahkan oleh Group Putroe Aceh, Tarian dan lagu dari warga Bhutan di Denmark, Tarian traditional Denmark, Tarian Afrika, serta beberapa cabang olah raga, seperti tinju, bola tangan (hĂ„nd bold), main catur, mencabut bulu kening dengan benang, dan mengepang rambut ala afrika.

World Achehnese Association (WAA) yang ikut terlibat dalam kepanitian pada acara tersebut, menggunakan kesempatannya untuk memberikan cendra mata berupa buku mengenal Aceh (Peuturi Aceh), terutama kepada walikota Jammerbug Mogens Gade yang di terima oleh ketua Dewan Intergrari, buku mengenal Aceh (Intro Til Aceh) yang di cetak kusus oleh Aceh Investment and Promotion Board (Badan investasi dan Promosi Aceh) dalam bahasa Denmark hasil kerjasama dengan WAA, juga di berikan kepada para panitia acara, serta kepada orang ramai yang hadir, dengan harapan semakin hari semakin ramai orang luar yang kenal (turi) Aceh.

Tarmizi aGE (Mukarram) adalah Koordinator World Achehnese Association di Denmark



Selengkapnya...

20 September, 2011

Desk Aceh Kemenkopolhukam Dinilai Terlalu Mencampuri Pilkada

Oleh Reza Gunawan

BANDA ACEH – Komisi A DPR Aceh siang tadi menggelar rapat internal menyangkut tindakan Kemenko Polhukam melalui Desk Aceh dan FKK Damai Aceh yang dinilai terlalu jauh mencampuri urusan Pilkada Aceh dan mengintenversi dewan.

Rapat yang ikut dihadiri tim ahli DPRA Mukhlis Mukhtar, Burhanudin dan Yahya Muaz itu berlangsung tertutup dari pukul 14.00-17.00 wib, Senin (19/9/2011).

Juru bicara Komisi A Abdullah Saleh setelah pertemuan itu mengatakan, sejak awal Desk Aceh dan FKK Damai Aceh terkesan memaksakan KPU Pusat dan KIP untuk melaksanakan Pilkada dengan mengakomodir calon independen. "Padahal dewan sudah memutuskan tidak mengakomodir calon independen dalam Rancangan Qanun Pilkada," kata Abdullah Saleh kepada wartawan.

Menurut Abdullah Saleh, adanya intervensi Desk Aceh terungkap dalam rapat di Kemenko Polhukam pada 18 April 2011. Saat itu, kata Abdullah, atas desakan merekalah KPU mengeluarkan instruksi kepada KIP untuk mengeluarkan penetapan tahapan Pilkada Aceh dengan mengabaikan Rancangan Qanun Pilkada yang sedang dibahas di dewan.

Selanjutnya, kata Abdullah, ketika tahapan Pilkada Aceh sudah menuai konflik dan Kemendagri selaku pembina politik dalam negeri sedang berupaya mendinginkan suhu politik (cooling down) di Aceh, justru Kemenko Bidang Polhukam terus mendesak Pilkada Aceh tepat waktu dan tetap mengakomodir calon perseorangan (calon independen).

“Terakhir, Kemenko Bidang Polhukam melalui Desk Aceh telah mendesak Kementerian Dalam Negeri untuk mengirim surat kepada Pemerintah Aceh dan DPR Aceh untuk mendesak kedua lembaga ini mengakomodir Calon Perseorangan tersebut,”ujar Abdullah Saleh.

Abdullah Saleh menambahkan, menurut keterangan Anggota Bawaslu Pusat yang disampaikan dalam pertemuan di Kemendagri pada tanggal 3 Agustus 2011, mereka mengambil alih membentuk Panwaslih di Aceh setelah adanya rapat di Kemenko Bidang Polhukam.

Berdasarkan serangkaian langkah-langkah yang dilakukan oleh Kemenko Bidang Polhukam tersebut diatas, Komisi A DPRA menilai bahwa Kemenko Polhukam telah mencampuri terlalu jauh tentang pelaksanaan Pilkada Aceh yang telah menimbulkan konflik politik sekarang di Aceh.

“Kami sangat sesalkan, cara-cara yang ditempuh oleh Kemenko Bidang Polhukam condong menggunakan pemaksaan kehendak, cara-cara mengancam, menekan instansi/institusi lain termasuk DPR Aceh,”kata Abdullah Saleh. “Padahal menyangkut pelaksanaan Pilkada Aceh bukanlah Tupoksi Kemenko Bidang Polhukam.”lanjutnya.[Sumber: Atjeh Post]



Selengkapnya...

17 September, 2011

Rawagede Menginspirasi Warga Aceh di Swedia Tuntut Keadilan

Oleh Asnawi Ali | Swedia

Kesuksesan kasus Rawagede di pengadilan Belanda mengispirasi masyarakat Aceh di Swedia untuk memperjuangkan korban Aceh di zaman Hindia Belanda dan Orde Baru.

Melalui jaringan diaspora di Belanda, mereka berupaya menuntut keadilan, baik kepada pemerintah Belanda maupun pemerintah Indonesia atas kejahatan yang terjadi di wilayah tersebut, demikian Asnawi Ali, aktivis sipil Aceh di Swedia.

Menurut Asnawi Ali dengan kemenangan kasus Rawagede membuktikan kejahatan HAM tidak terikat dengan waktu. "Kawan-kawan di sini (masyarakat Aceh) merasa ini (kemenangan Rawagede) sebagai keuntungan bagi Aceh. Dan juga menambah semangat untuk menuntut keadilan."

Menyeret Belanda
Untuk itu ia akan bekerjasama dengan diaspora Aceh di Belanda dan menekankan, kendati pembantaian di Aceh ada yang terjadi tahun 1904, bakal ada argumen lainnya yang akan memperkuat inisiatif menyeret pemerintah Belanda ke pengadilan.

"Dan perlu digarisbawahi bahwa Aceh dulu berperang melawan Belanda. Dan perang Aceh itu merupakan yang terpanjang. Meskipun sudah lama, anak cucu korban masih menuntut keadilan. Salah satunya adalah cucu raja Aceh yang masih hidup."

Ia menyadari perjuangan menuntut keadilan membutuhkan waktu yang panjang. Sebagai langkah konkrit, Asnawi Ali akan mengontak Komite Utang Kehormatan Belanda KUKB yang sekarang menjadi menggulirkan kasus Rawagede.


Pemerintah Indonesia
Tentu saja rakyat Aceh menurut Asnawi, juga akan menuntut keadilan dari pemerintah Indonesia. "Itu jelas. Tapi kita harus membagi-bagi fokus. Jadi kalau yang di Aceh lebih fokus kepada tuntutan kepada pemerintah Indonesia. Sementara yang di luar negeri menuntut Belanda."

Dengan kemenangan Rawagede maka menurut Asnawi Ali, Belanda lebih objektif. "Selama ini banyak yang fobi untuk menutut keadilan baik di Belanda maupun negara-negara lain. Padahal di Belanda juga ada pengadilan internasional Den Haag. Jadi segi positifnya kita mulai menaruh kepercayaan dan lebih percaya diri bahwa HAM harus diperjuangkan bukan untuk dilupakan."

Pembataian Kuta Reh
Salah satu kasus yang menurut Asnawi bisa diangkat adalah pembantaian Kuta Reh, Gayo. "Saya pernah mendengar ada warga Gayo di Belanda mengajukan masalah ini ke pengadilan. Tapi mungkin karena terbias oleh waktu maka perjuangan mereka mulai kendur atau sudah dilupakan.

Dengan keberhasilan Rawagede bukan tidak mungkin tutur Asnawi, ada tuntutan-tuntutan lain. Kendati diakui pula, sebenarnya yang lebih riil adalah tuntutan kepada Indonesia, karena lebih aktual dan lebih update.




Selengkapnya...

15 September, 2011

Bom Rakitan Ditemukan di Aceh Utara

Oleh Cut Manda

LHOKSUKON - Dua warga Desa Matang Teungoh, Baktiya Barat, Aceh Utara, menemukan bom rakitan sisa konflik, Kamis (15/9) sekira pukul 18.30 WIB.

Bom berdaya ledak rendah itu ditemukan di area irigasi desa setempat. Karena gagal didisportalkan (diledakkan), bom lalu diamankan ke Markas Komando Detasemen B Jeulikat, Lhokseumawe.

Zulkarnaini menyebutkan, bom itu ia temukan bersama temannya Zulkifli, saat membersihkan pohon sawit di pematang sawah desa yang berdekatan dengan irigasi.

“Awalnya saya pikir benda itu batu, namun saat saya congkel ternyata benda lonjong itu bom,” sebutnya yang dibenarkan Zulkifli.

Kepala Kepolisian Sektor Baktiya Barat Iptu Idris Ismail, saat ditemui The Atjehpost di lokasi membenarkan temuan tersebut.

“Setelah memastikan temuan itu bom, kita langsung menghubungi pihak tim penjinak bom yang tiba sekitar pukul 11.15 WIB,” kata Idris.

Menurut Kepala Unit Penjinak Bom Mako Datasemen B Jeulikat, Bripka Asep Mulyadi, bom rakitan tersebut panjangnya 35 centimeter, lebar 12 centimeter, dan berat 30 kilogram.

"Sempat diledakkan, namun gagal. Mungkin karena bom itu sudah lama terkubur. Dia memperkirakan bom dengan daya ledak antara 60 hingga 100 meter itu pemicunya masih hidup dan aktif.[Sumber: Atjeh Post]



Selengkapnya...

14 September, 2011

Andai Hasan Tiro Masih Bisa Marah..

Oleh Taufik Al mubarak *)

Andai saya boleh berandai-andai, ya…andai boleh berandai, Saya lebih suka berandai jika Wali Neugara Teungku Hasan di Tiro masih hidup. Sebab, jika dia masih hidup tentu akan marah dan sangat kecewa. Apa pasal?

Ceritanya dimulai sejak lima bulan lalu. Sudah kebiasaan jika sedang mengakses internet, saya selalu mencari-cari informasi atau sesuatu terkait dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Sesekali saya membuka situs organisasi perlawanan itu http://asnlf.net meski saya tahu pasca penandatanganan MoU Helsinki 15 Agustus 2005 silam makin jarang ada posting terbaru. Malah, belakangan saat riuh politik Pilkada 2006 dan Pemilu Legislatif 2009 menghangat, praktis tak ada lagi posting terbaru.

Padahal, untuk ukuran organisasi sebesar GAM, memiliki website yang sering terupdate dengan informasi up to date sangatlah penting. Dia menjadi corong komunikasi dengan pihak lain. Melalui website pula, orang jadi tahu apa dan bagaimana organisasi tersebut, apa yang sedang dilakukan dan bagaimana pandangannya terkait perkembangan terbaru.

Awalnya, ketika perdamaian belum tercipta, website yang dikelola Teuku Hadi (Perwakilan GAM di Jerman) dan Teungku Yusra Habib Abdul Gani (GAM di Denmark) saat itu cukup aktif, terutama dalam menyuarakan aspirasi GAM, termasuk melaporkan kejadian di lapangan (laporan dari medan perang). Website itu pula jadi rujukan bagi siapa saja yang ingin mempelajari dan mengenal lebih dekat dengan GAM.

Trafik kunjungan ke website tersebut sering membludak saat menjelang Milad (peringatan ulang tahun GAM 4 Desember). Dulu, wartawan (lokal, nasional maupun asing) rela menunggu hanya untuk mendapatkan amanat Wali Neugara Hasan Tiro setiap perayaan 4 Desember, biasanya dalam dua bahasa: Aceh dan Inggris. Dalam amanat itu, sering berisi kecaman terhadap tindakan refresih militer Indonesia serta seruan kepada masyarakat internasional untuk memediasi perdamaian.

Bagi orang GAM di lapangan, amanat tersebut biasanya sudah diterima 2-3 hari sebelum pelaksanaan Milad. Mereka biasanya mendapatkannya dari perwakilan GAM di Kuala Tripa (awal 2000 GAM terlibat perundingan dengan RI dalam bentuk joint of understanding for humanitarian pause dan punya perwakilan yang berkantor di Hotel Kuala Tripa). Saya pernah membaca amanat Wali pada saat Milad GAM tahun 2002 dua hari sebelum acara tersebut digelar. Saat itu seorang perwakilan GAM, Teungku Amni Ahmad Marzuki meminta saya membaca pidato tersebut yang baru diterimanya dari Stockholm. Saya sering bertemu dengan beliau dan beberapa tokoh GAM lainnya.

Itu dulu, saat kondisi Aceh tak menentu. Saat GAM masih kuat dan berwibawa (secara ideologis). Melalui sebuah website mereka mengampanyekan ide merdeka ke seluruh dunia. Selain itu, GAM juga masih disiplin soal menjaga arsip dan risalah nanggroe. Orang yang ingin membaca pemikiran Hasan Tiro bisa mendownloadnya di website ASNLF (Acheh Sumatera National Liberation Front) tersebut.

Bagi GAM di lapangan saat itu, keberadaan website tersebut juga menjadi penjaga semangat. Soalnya, mereka bisa mengetahui apa yang terjadi dengan diplomasi mereka di luar negeri, apa yang dikerjakan para petinggi, dan aktivitas GAM di belahan dunia. Mereka pun tak ragu mengobar perang karena sangat yakin hal itu membantu bargaining GAM di mata internasional dan Indonesia.

Tapi apa yang terjadi kini? Sangat menyedihkan. Satu persatu hal terkait Aceh yang bernilai sejarah hilang. Dulu, rumah kediaman Wali Nanggroe di Stockholm dijual. Kita pun tak tahu dimana arsip-arsip yang
disimpan cukup rapi oleh beliau semasa hidup. Sekarang, kita juga kehilangan website http://asnlf.net dan semua arsip di dalamnya entah di mana. Jika di alam nyata keberadaan GAM perlahan-lahan dilemahkan dan bakal menghilang, maka di dunia maya GAM sudah hilang sama sekali.

Tak percaya? Coba buka situs http://asnlf.net, kita tak lagi disapa dengan simbol Bouraq-Singa dan bendera Bintang Buluen, dan tak ada lagi gambar pemimpin GAM Teungku Hasan Tiro. Kita juga tak lagi melihat
title ‘Welcome to Acheh Sumatera National Liberation Front website. Pasalnya, website tersebut kini sudah dimiliki sebuah perusahaan developer rumah; Meridian Greenfield. LLC. Di menu about us kita dapat membaca dengan jelas:


We are a group of
young, energetic individuals who each share a passion for building homes and
low impact communities of unparalleled quality, value and distinction. We improve people’s lives by building homes
deeply rooted in, and respectful of, their natural surroundings and designed to
withstand the test of time.

Uncommon attention to
detail, superior sustainable materials and handcrafted custom accents are the
foundation of every home we build.

Karena itu, kalau seandainya Teungku Hasan Tiro masih hidup, dia akan panggil Malik Mahmud, Zaini Abdullah atau para petinggi GAM dan tentu saja memarahi mereka. Pasalnya, meski GAM kini punya akses terhadap ekonomi Aceh dan sebagian petingginya sudah sejahtera tapi sebuah website yang harga domain dan hostingnya tak lebih Rp1 juta tersebut tak mampu dijaga dan pelihara. Sepertnya menjadi benar kata kawan saya, “Merdeka ka ie raya ba.”[]

*) Penulis buku ACEH PUNGO, tinggal di Banda Aceh


Selengkapnya...

12 September, 2011

Rumah Politisi Partai Aceh Digranat.

LHOKSEUMAWE | Rumah milik Hamdani alias Mukim Ham, Wakil Ketua Dewan Pimpinan Sagoe (DPS) Banda Sakti, di Desa Ulee Jalan, Kota Lhokseumawe, Jumat dinihari dilempari granat oleh orang yang belum diketahui identitasnya.

Tak ada korban jiwa manusia dalam insiden yang terjadi sekitar pukul 5:00 WIB itu. Tetapi, pecahan granat yang jatuh di depan garasi rumah Hamdani yang juga menjabat Ketua Badan Reintegrasi Aceh (BRA) Kota Lhokseumawe itu menghantam mobil dan dinding rumah.

Serpihan granat membuat dua ban belakang mobil Kijang pick-up yang parkir dalam garasi, kempes. Pecahan granat juga mengenai bagian belakang mobil, tiang dan dinding rumah bekas kombatan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) itu.

Sejumlah polisi di lokasi kejadian menyatakan, pihaknya telah menemukan pen granat di depan rumah Hamdani. Pelaku diduga memakai sepeda motor yang parkir di lapangan, sekitar 50 meter dari rumah korban.

“Ada warga yang mendengar suara sepeda motor berhenti di lapangan beberapa menit sebelum terdengar ledakan,” kata seorang polisi.

Sekitar pukul 09.10 WIB, Kapolres Lhokseumawe, AKBP Kukuh Santoso, tiba di lokasi. Setelah memperhatikan dan memotret lubang bekas tempat jatuh granat, Kukuh menanyai Hamdani di dalam rumahnya.

Kukuh yang ditanya wartawan menyatakan bahwa dugaan sementara motif pelemparan granat itu mengarah ke masalah pribadi antara korban dan temannya.

“Barusan kita sudah interogasi korban. Pengakuannya, beberapa waktu lalu, ada teman dia yang datang meminta sejumlah uang dan sempat mengancam karena tidak diberikan uang. Sebab biasanya saat diminta, dikasih,” katanya.

“Pengakuan dia masalah pengancaman itu juga sudah pernah diselesaikan secara internal Partai Aceh, karena korban juga orang Partai Aceh. Jadi barang kali masalah ini mengarah ke sana (masalah pribadi),” tambah Kukuh.

Ditegaskan, pihaknya akan terus mengembangkan kasus pelemparan granat itu untuk menangkap pelaku. “Kita berharap kejadian ini tidak dipolitisir. Yang jelas, ini membuktikan senjata api dan bahan peledak ilegal masih ada di tengah masyarakat,” katanya.

Sementara itu, Hamdani menduga pelemparan granat itu dilatarbelakangi masalah pribadi atau Pilkada.

“Saat kejadian, saya sedang beristirahat, karena beberapa jam sebelumnya baru tiba di rumah sepulang dari Banda Aceh. Saya dikejutkan dengan suara ledakan, tetapi saat ke luar hanya terlihat asap mengepul,” katanya kepada wartawan.

Dia mengaku tidak sempat melihat pelaku. Namun Hamdani menduga pelaku datang dengan sepeda motor dan parkir di lapangan, berjarak sekira 50 meter dari rumahnya.

“Ada warga yang mendengar suara sepeda motor berhenti di lapangan itu. Dan di lumpur jalan depan rumah saya ada bekas tapak sepatu, tapak itu masih baru, sepertinya milik pelaku yang melempar granat,” katanya.

Dia menyatakan, tak menuduh orang tertentu sebagai pelaku yang melempar granat. Meski beberapa waktu lalu ada temannya yang mengancam karena tak memberi uang yang diminta menjelang hari Meugang.

“Saya lihat kejadian ini antara masalah pribadi atau kaitannya dengan Pilkada. Karena selama ini tidak ada masalah soal BRA. Tapi saya tidak mau berspekulasi, saya serahkan kasus ini kepada polisi untuk mengusutnya,” kata Hamdani. [Sumber: AcehKita.com]


Selengkapnya...

KPA: Jangan Asal Komentar

Ketua Partai Aceh, Muzakir Manaf (kiri)
bersama Zakaria Saman (tengah) dan 
mantan Wakil Presiden RI, Yusuf Kalla


BANDA ACEH - Petinggi Komite Peralihan Aceh (KPA), Zakaria Saman, memberikan klarifikasi terhadap insiden pemukulan Tgk Saiful Bahri bin Ahmad Abu (41), saat menyampaikan khotbah Jumat di Masjid Raya Keumala, Kampung Jijiem, Kecamatan Keumala, Pidie, Jumat (9/9).

Mantan menteri Pertahanan GAM yang mengaku melihat langsung peristiwa itu berharap semua pihak--terutama di luar Pidie--tidak asal komentar tanpa melalui proses cek dan ricek ke lapangan.

“Di Pidie ada juga ulama MPU (Majelis Permusyawaratan Ulama), MUNA (Majelis Ulama Nanggroe Aceh), dan para pimpinan pesantren yang bisa menyelesaikan persoalan ini dengan turun langsung ke lokasi kejadian,” kata Zakaria, saat Serambi menghubunginya dari Banda Aceh, Minggu (11/9).

Zakaria juga menyesalkan pemberitaan di beberapa media yang dianggapnya tidak berimbang karena wartawannya tidak turun langsung ke lokasi pascakejadian. “Seharusnya kalau ada yang menuding pelakunya orang KPA bisa dikonfirmasi ke saya, yang kebetulan ikut sebagai jemaah Jumat itu. Atau bisa juga ditanyakan langsung kepada warga Keumala yang ikut shalat pada hari itu,” ujarnya.

Menurut Zakaria Saman, insiden pemukulan terhadap Tgk Saiful Bahri itu berawal dari isi khotbahnya yang dianggap telah melenceng dari kaidah khotbah. Karena telah menjelek-jelekkan soal suku, partai politik, serta kelompok masyarakat. “Awalnya isi khotbah memang bagus. Tapi belakangan dia mulai menyebarkan kebencian serta berkampanye, bisa dibilang bukan lagi khotbah,” katanya.

Disebutkan, selain masalah etnis, di antara isi khotbah yang dinilai memancing emosi warga adalah pernyataan Tgk Saiful yang menjelek-jelekkan MoU Helsinki dan UUPA. “Bahkan dia bilang, pemerintah dulu lebih bagus dari pada yang sekarang. Orang kita kalau sudah punya partai, sudah bisa membunuh orang, juga bikin rumah besar-besar. Dia juga berkampanye. Itu kan bukan khatib lagi, dia tidak lagi berkhotbah,” ungkap Zakaria.

Masih menurut Zakaria Saman, kondisi itu membuat dirinya dan beberapa jemaah gusar. Hingga kemudian dia melihat salah seorang jemaah yakni Tgk Ilyas Abubakar (40) bangun dan meminta agar khatib turun dari mimbar. Namun permintaan ini tidak diindahkan, sehingga tiba-tiba beberapa jemaah bangkit dan menurunkan khatib dengan paksa.

“Kejadiannya sangat tiba-tiba, sehingga terjadi pemukulan. Sepengetahuan saya Tgk Ilyas tidak ikut memukul. Saya tidak tahu persis siapa-siapa yang ikut memukul, tapi mereka bukan anggota KPA. Tapi saya juga tidak tahu pasti jika ada anggota KPA yang terlibat dalam insiden itu,” ungkap Zakaria seraya mengatakan, saat kejadian dia ikut ke luar masjid bersama jemaah lainnya yang panik.

Belakangan, kata Zakaria Saman, dari keterangan warga diketahui sebelum kejadian itu, Tgk Saiful pernah juga memprovokasi warga setempat saat memberikan ceramah setelah shalat Isya pada 27 Ramadhan lalu.

Namun demikian, Zakarian Saman berharap semua pihak bisa menahan diri dan menyerahkan persoalan ini kepada pihak kepolisian dan ulama di Kabupaten Pidie. “Jangan mengeluarkan pernyataan tanpa melakukan kroscek ke lapangan. Karena bisa menyebarkan fitnah dan melahirkan konflik baru di Aceh,” demikian Zakaria Saman.

Sebelumnya, Tgk Saiful Bahri mengungkapkan kepada Serambi bahwa kejadian itu berawal saat ia sedang menyampaikan nasihat agama melalui mimbar Jumat. Dia khotbah di masjid itu atas undangan Abu Muhammad Amin, Pimpinan Pesantren Darul Qamariah Keude Keumala.

Isi nasihat dalam khotbah itu, menurut Tgk Saiful, antara lain, jika hukuman Allah tidak diberlakukan umat manusia di dunia, maka akan tetap berlaku di akhirat. Misalnya, hukum syar’i terhadap bunuh-membunuh yang saat ini tidak berlaku di hampir seluruh dunia, tapi pasti akan berlaku di akhirat kelak. Kecuali manusia tersebut mau tobat nasuha serta meminta maaf kepada pihak keluarga yang terbunuh dan keluarga tersebut memaafkannya. “Maka bagi pelaku akan dikenakan hukum kisas dengan membayar diat (denda) seratus ekor unta.”(Sumber: Serambi Indonesia)


Selengkapnya...

11 September, 2011

Meski Dilarang Ulama, Konser Melinda 'Cinta Satu Malam' Sukses

Pesta Dangdut yang menghadirkan Melinda pelantun Cinta Satu Malam ramai peminat. Sempat dilarang ulama, pesta itu sukses digelar di Pantai Wisata Islami Kuthang, Desa Sagoe, Kecamatan Trienggadeng, Pidie Jaya. Sabtu (10/9), kemarin.

Ribuan penonton didominasi kalangan muda dan pasangan keluarga dengan mengikut sertakan anak-anak. Konser tersebut ikut menghadirkan pelawak Empang Breuh. Panitia memulai “Pentas Pesta Si Kuning” itu setelah asar.

“Kami mau mencari hiburan saja, apalagi ada Bang Jhoni dan Haji Uma,” kata Dahlul, warga Meue, Trienggadeng yang datang bersama lima temannya. Hal senada menurut Pujiwati, warga Meureudu yang datang hanya ingin melihat langsung artis ibukota, Melinda.

Pantauan Harian Aceh di lokasi konser, penampilan Jhoni cs membuat ribuan penonton terbahak-bahak. Bahkan pagar pemisah antara laki-laki dan perempuan yang disiapkan panitia tak dapat menampung seluruh penonton. Sedangkan Melinda tampil dengan menggunakan kerudung dan busana gamis.

Meski sebelumnya dikecam, anio masyarakat menyaksikan Pesta Dangdut itu tak surut. “Secara moral kami sudah menyampaikan himbauan, selanjutnya terserah masyarakat,” kata Kepala Urusan MPU Pidie Jaya, Nazaruddin Ismail, saat dikonfirmasi Harian Aceh.(Sumber: Harian Aceh)

Selengkapnya...